Ditengah begitu banyak
ketidakmungkinan yang ditawarkan dunia,
kali ini aku tulus memanjat doa:
“Semoga memang kamulah orangnya”
---
Bukan masalah restu
orang tua,
Bukan juga orang
ketiga,
Ketidakmungkinan
disini adalah,
Bagaimana cara dua
anak manusia yang saling cinta,
Harus rela dipisahkan
oleh sesuatu yang bisa terukur dengan meteran
“Jarak”
Ketika cinta begitu
hangat menyapa dan menyinari dunia,
Kita harus rela
diterpa sedikit musm dingin,
Tidak bisa saling
berbalas peluk dan kecup
Tidak bisa saling
bertatap muka saat rindu sedang galak-galaknya
Bagaimana pun
sulitnya kita berbalas sayang
Semoga kita selalu
punya cara manis untuk saling mengisi rindu yang kosong,
Saat sulit bertemu
tersangka pembuat rindu.
Pacaran jarak jauh,
Long Distance
Relationship.
Banyak pasangan yang
memang tidak cukup handal,
Untuk meringkas jarak
menjadi peluk tanpa hasta.
Alhasil, mereka
mencari pelita dalam gelapnya rindu yang sulit bertemu tuannya
Beberapa, berhasil
meringkas jarak,
Menjadi sebuah bumbu penguat
cinta,
Dan menjadikannya
sebuah cerita masa lalu
Yang bisa dikenang
saat di pelaminan nanti.
Semoga opsi yang
kedua bisa kita terapkan, amin.
“Tendangan jarak jauh aja sering gagal, apalagi pacaran jarak jauh?”
Bully terhadap kita
para pejuang LDR.
Memang terkadang
kecurigaan dan rasa percaya yang minim,
Sering menjadi salah
satu masalah bagi kami, pasangan LDR.
Karena rasanya tidak
menutup kemungkinan,
Jika salah satu
mencari pelarian untuk mengisi kekosongan.
Tapi untuk bertahan
pada kesetiaan,
Memang seringkali
menjadi pilihan untuk kami para pejuang LDR.
Setia pada satu orang
yang selalu menunggu dengan sabar,
Kepulangan yang
terkasih di pintu bandara.
Pada seseorang yang
mengumbar kecup lewat emoticon mesra.
Pada seseorang yang
rela raga nya terpisah jauh dengan peluk hangat.
Pada seseorang yang
dengan sabar dan kasihnya,
Mampu membuat jarak
dan pertemuan sulit,
Menjadi salah satu
penguat hubungan,
Keyakinan hati,
Telah dalam terpancang
sebagai pondasi cinta kita
Dalam dan kuat
seperti pancang suatu bangunan.
Ketenangan orangtuaku
tentang aku yang menjalani hubungan ini denganmu,
Keramahan orangtuamu
tentang hubungan yang kita jalani,
Menjadi salah satu
keyakinan tidak berbatas
Kenapa aku yakin
menjalani ini semua,
Menghiraukan semua
omongan orang tentang negativenya LDR,
Menjaga titipan
hakiki darimu, hati yang tidak akan aku lukai
Karena seseorang yang
bisa mengisi kekosongan rambutku akan belaimu
Menjalani hubungan
jarak jauh,
Menjalani hubungan
tanpa ikatan pasti,
Tapi aku terlalu
yakin ini akan berakhir bahagia
Dihadapan Tuhan
nanti, amin.
Percaya pada bahagia
yang kami bangun,
Dengan mimpi-mimpi
yang akan kami wujudkan suatu saat nanti,
Membuatku tidak
pernah takut menjalani hubungan ini.
Karena aku tahu,
Aku tidak sendirian.
Sepotong hati dimana
kaki tuannya berpijak,
Selalu menungguku
untuk merampungkan cerita kami dalam ikatan pernikahan.
Ditunggu di pelaminan
dengan sejuta pengharapan itu,
Memang harus
pintar-pintar disiasati,
Dengan membuktikan
kesetiaan, misalnya.
Dengan ketulusan dan kerendahan hati ini
Aku bersimpuh di
sepertiga malam,
Menghadap kepada Dia
Sang Maha Tahu Segalanya,
Sang Pengatur Semua
Rencana,
Berdoa dengan segenap
keyakinan dalam hati,
Berdoa dengan kasih
dan cinta yang aku punya
Hanya untuk kamu,
pria kesayangan.
---
Tuhan..
Kepada Engkau Yang
Maha Pengasih,
Lagi Maha Penyayang,
Maha Mengetahui
Segalanya,
Dalam sujudku, dan
dalam keyakinan hati ini
Aku berserah diri
padaMu
Ditengah begitu
banyak ketidakmungkinan yang ditawarkan dunia,
Kali ini aku tulus
memanjat doa
Dengan segenap
keyakinan hatiku:
“Semoga memang dialah
orangnya, yang Engkau siapkan,
Untuk kehidupanku di
dunia dan akhirat nanti”