Minggu, 21 Juni 2015

Bulan Jatuh

Bulan jatuh..
Bulan dimana sedang jauh-jatuhnya
Bukan masalah gak bisa move on.
Tapi...

Baper gila.
Dari masalah lamaran di Bulan Mei.
Undangan, Souvenir sampe Pra-Wedding di Bulan Juni.
Pingitan, dan Pernikahan di Bulan Juli.
Oh.. I hate this.

Balik lagi...
Bukan gak bisa Move On.
Untuk masalah itu mulus dan lancar
Mendarat Move On dengan sempurna

Tapi ya gitulah.. Dasar perempuan.
Bukan inget rasa sakitnya.
Tapi rasa gagalnya, pedih... haha
Padahal semuanya sudah siap, tinggal menunggu harinya datang.

Satu cangkir peluk, saat ini aku ingin pesan itu.
Jangan lupa ditambah rasa keyakinan untuk si Gadis pemimpi ini
Kasian.. dia terlalu takut patah hati lagi di Bulan Jatuhnya.
Ditambah pemanis, satu sendok kecupan di ubun-ubun
Dan elusan hangat di punggung,
Pas..

Rasa pe-yakin-an.
Bahasa apalah itu..

Rasanya terlalu jauh untuk bicara hal ini untuk hidup baru,
Tapi semua perempuan memang butuh kepastian,
Dan semua laki-laki itu tidak sama, Bukan?
Simpel cara membahagiakan gadis ini,
Yakinkan bahwa kamu benar-benar sungguh mencintai dan menyayanginya

Ya.. Gadis ini terlalu kecil untuk melangkah
Langkah kakinya kecil.
Tapi dia siap.
Dia bisa berlari jika kamu menginginkannya,
Tapi dia bisa merangkak jika kamu berjalan 10 km/jam

"Oh take me back to the start...."
Lagu coldplay yang sering diputer-puter sampe wareg
Bagian itunya doang sih yang didenger "Oh.. take me back to the start..."

Pengen balik lagi keawal,
Kewaktu semuanya biasa aja
Hih.. ga mau semuda ini udah punya trauma
Trauma sedeng gila parah, hahaha...
Kasian amat sih..
Terlalu muda dan terlalu dini untuk dapet masalah kaya gini,
Masih untung ga gila dan bunuh diri, ckck

Ya... itu suratan sih
Hadapi, Jalani, ini proses pendewasaan (cenah)
Ya memang sekarang jadi lebih bijak,
Tapi bisa dibilang lebih ti-is oge.
Jadi asa es batu papanggih es batu
(Alah.. roaming deh..)

Jadi masalahnya sekarang apa-apa Baper
Gila.. ababil
Terlalu takut kehilangan,
Cemas berlebih,
Khawatir berlebih,
Cemburuan..
Getek gila.
Ya gitulah..
Dibilang lebay iya, tapi..... hosh.. itu susah pisan
Susah buat orang macem kita yang punya cerita super aneh

Inti post malem ini....
Baper. ckck
Emosi karna udah mau deket Bulan Juli,
Dan (masih) takut buat maju,
Oh Tuhan... mengapa begini.
Caveh.

Selasa, 09 Juni 2015

Saya Memilih, Berhenti Di Kamu.



Ada sesuatu yang berbeda di matamu. Pupil dan coklat bolanya menggemakan nada lain di hati saya. Setiap melihat ke dalamnya, saya menemukan rumah dan penerimaan tanpa syarat. Ada ruang lapang di sana tempat saya bisa meletakkan semua lelah dan penat.
Tapi ini bukan cuma soal diterima saja. Di matamu pula saya temukan keyakinan untuk bermimpi bersama. Sifat keras kepalamu mengimbangi kebimbangan saya. Pemikiran sederhanamu melengkapi kebiasaan over thinking yang kerap menghambat langkah saya. Di sampingmu saya bukan hanya merasa diterima — kamu bisa membuat saya lengkap.
Dunia tentu masih punya banyak cabang di depan mata. Ada berbagai kesempatan yang bisa membuat kita mengubah arah kendali dalam hitungan kejap saja.
Tapi apapun skenario di depan sana, saya yakin sepenuhnya bahwa hanya kamu yang saya mau jadi rekannya.

Ini bukan karena alasan naif, “Sudah begitu cinta.” Kamu hanya membuat saya yakin kita bisa jadi rekan menyenangkan untuk menua bersama
 Oh, ayolah. Kita sudah sama-sama khatam soal tetek-bengek perasaan. Saya dan kamu adalah dua manusia penggiat patah hati yang butuh hitungan tahun demi menyembuhkan perasaan sendiri. Kita bahkan pernah pongah bicara enggan membuka hati lagi karena pernah merasa begitu tersakiti.
Pengalaman babak belur karena urusan cinta membuat kita jadi manusia yang rasional. Saya tahu saya tidak butuh pria romantis atau tampan. Jelas, kini yang lebih saya butuhkan adalah seorang lelaki yang konsisten dalam tiap perlakuan. Lelaki yang bisa jadi panutan untuk anak-anak yang kelak saya lahirkan.
Kamu pun mencapai fase yang sama — lekuk tubuh dan tengkuk yang seksi ternyata tidak cukup menenteramkan hati. Kamu tak lagi gatal ingin didampingi gadis yang cantiknya membuat rekan-rekan priamu iri. Kini justru dia yang punya kebesaran hati yang dicari. Gadis yang bisa menerimamu dalam kondisi stres dikejar target, menepuk punggungmu semalaman, membiarkanmu tidur lelap memanjat dadanya demi menemukan kenyamanan.
Kamu jelas bukan yang pertama. Kamu juga jelas bukan pasangan paling sempurna. Namun di sampingmu saya tahu bahwa menua bersama tidak akan semenakutkan yang dikira. Kita bisa jadi dua rekan baik yang tinggal serumah, sesekali bercinta, sembari setia menghitung tiap kerut yang hadir di muka.

Keputusan berhenti di kamu tidak membuat saya migrain atau cemas lama-lama. Tidak pula membuat saya begitu bahagia. Menjalani semua bersamamu, anehnya, terasa biasa saja
Agar kamu tidak tinggi hati, kamu perlu tahu bahwa kamu tidak pernah membuat saya panas-dingin seperti yang biasa pasangan baru alami. Bersamamu semua terasa biasa saja. Saat kamu menawarkan untuk menjajaki hubungan ke arah yang lebih serius saya hanya mengangkat alis lalu berujar, “Ya sudah jalani saja.” Toh semua akan terang jika ini memang jalannya.
Baru kamu orang yang membuat saya tidak cemas meski berhari-hari tidak dihubungi. Entah bagaimana kamu bisa membuat saya mengerti arti batasan. Bahwa sampai hari nama belakangmu resmi disematkan, kita masih punya impian pribadi yang pantas diperjuangkan. Tidak ada yang perlu diupayakan berlebihan. Tidak perlu drama penuh air mata yang membuat kaki berat dan tertahan.
Hari-hari biasa yang membenamkan saya di tengah kesibukan kerja berjalan beriringan dengan kesedian telingamu menampung semua keluhan yang ada. Himpitan tugas di tengah musim dingin ternyata berurutan dengan sapaan random saya saat kamu merasa butuh teman. Barangkali inilah yang orang bilang dengan saling menemukan. Segala yang biasa bersamamu berubah jadi hangat dan menyenangkan.

Bagaimana bisa saya memilih tidak menghiraukannya? Jika suara dan aroma tubuhmu membuat saya ingin melebur di dalamnya
Keluarga dan kawan-kawan dekat beberapa kali iseng bertanya.
Kenapa saya bisa sebegitu yakinnya? Memang apa yang kamu punya hingga membuat saya mengakhiri pencarian yang masih begitu panjang dalam kamus mereka?
Bahu terangkat dan senyum tipis jadi senjata andalan. Meski susah payah dijelaskan, tidak semua yang saya alami bisa dipindahkan dalam kata dan kalimat majemuk panjang. Klise memang, tapi sungguh ini tak lebih soal perasaan.
Lekat pandanganmu membuat saya seperti prajurit kalah perang yang rela dilebur oleh pejalnya lengan. Nada suara rendahmu membuat kepala dan ego saya tunduk, setegas intonasi melengking dan satu acungan telunjuk. Ketenangan bisa kamu tawarkan lewat genggaman. Juga kesediaan didekap sehingga saya bisa mencium aroma sehangat kayu manis yang sering menguar dari lekuk lehermu yang jenjang.
Sesederhana itu kamu menaklukkan saya. Bahkan bisa dibilang tanpa usaha. Kamu hanya memiliki apa yang saya butuhkan, kamu mengisi ruang-ruang kosong dalam diri saya yang sudah terlalu lama didiamkan. Baru padamu, dan saya rasa perasaan ini cukup langka untuk datang lagi, saya merasakan arti pendampingan.

Kamu membuat saya mencukupkan apa yang sudah terjadi sebelumnya. Kamu memberi saya alasan mengakhiri hati yang diliputi gerhana sekian lama. Kehadiranmu, membuat berhenti terasa begitu sederhana
Saya sadar, kehadiranmu tidak lantas menutup seluruh luka. Kamu bukan Profesor Mc Gonagal yang bisa memberi saya time turner demi memperbaiki kebodohan yang pernah saya lakukan di masa lalu. Tapi satu yang saya tahu, kamu punya hati yang cukup besar demi menerima berbagai versi saya sebagai seorang manusia. Dari versi paling manis hingga sisi brengseknya.
Kamu jadi alasan saya berjuang mengakhiri gerhana hati yang sudah tercipta sekian lama. Kamu tidak hanya membuat saya percaya, bahwa kamu membuat saya jatuh cinta. Kamu bahkan membuat saya percaya bahwa ada bagian dalam diri yang membuat saya kembali bisa dicintai sebagai manusia. Kamu mencukupkan saya. Kamu, jadi suara rasional dalam kepala saat keadaan sedang gila-gilanya.
Bersamamu, berhenti jadi begitu sederhana. Di sampingmu keputusan ini terasa tepat dijalankan kapan saja.
Menggenggam tanganmu, saya tahu kawan terbaik sudah dimiliki untuk mengangkat gelas dalam masa apapun yang ditawarkan dunia.
Untuk itu, ada syukur dan bahagia.


Re-Blog From : http://www.hipwee.com/hubungan/saya-memilih-berhenti-di-kamu/?fb_ref=Default
Terimakasih Teh Nendra Rengganis, tulisannya bagus. Mirip sama ceritaku :3 

Jumat, 05 Juni 2015


Kadang Tuhan memang lebih punya cara "manis" untuk medewasakan.
Mendewasakan dengan cara kehilangan salah satunya.
Karena ikhlas adalah salah satu ilmu utama.

Kadang Tuhan juga mendewasakan dengan kebahagian
Tapi sayang.. manusia tidak cukup berfikir.

Kadang Tuhan menggambil orang yang kita sayang saat sayang-sayangnya
Tuhan punya rencana lain..
Mungkin memisahkan karena Tuhan amat sayang
tidak ingin melihat kita lebih jauh terluka
Mungkin juga Tuhan sudah tidak sabar melihat kita lebih bahagia
Tuhan tidak sabar kita merasakan "zing".

Tapi kadang mencintai seseorang yang baru tidak selucu itu
Tidak semanis seperti Mue yang sedang tidur
Kadang pait seperti 3 tablet PTU

Ya tapi Tuhan punya cara lain....
Mendewasakanku dengan kehilangan dan kebahagian
Spesial komplit. Tuhan terlalu repot-repot menyayangiku
Mengambil orang yang sangat aku sayang saat kita sedang menunggu hari bahagia
dan menggantikan dengan orang yang sayang aku dengan caranya sendiri..

Tuhan, terimakasih.
Sekali lagi.. Tuhan terlalu repot menyayangi aku.

Tapi kadang hal baru, lebih membuat nangis setengah gila.
Karena masa lalu yang membentuk,
Kangen pun bisa menghabiskan satu bungkus tissue.
Rasa takut kehilangan,
Rasa sayang yang amat sangat,
Tidak bisa menerima masa lalunya,
Aku sudah cukup gendut untuk melahap semua rasa itu.
Sudah cukup kenyang sampe akhirnya tidak tau harus seperti apalagi mencerna semua rasa itu.